Rabu, 27 Mei 2009

SEMILOKA

Ada sebagian guru memiliki kemampuan menulis masih rendah. Data kepegawaian menunjukkan banyak guru yang karirnya terhenti di golongan IV/A, untuk dapat dipertimbangkan naik pangkat ke IV/b guru harus mampu mengumpulkan 12 kredit dari unsur pengembnangan profesi yang dapat diperoleh salah satunya dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Namun kenyataan dilapangan para guru belum mampu untuk melakukanj penyusunan PTK, sehingga beberapa guru yang mengajukan usulan kenaikan pangkat ke IV/b ditolak karena belum memenuhi angka kredit minimal yang dipersyaratkan yaitu 12.Menurut Badan Kepegawaian Nasional (2005) jumlah guru golongan IV/A 334.184 dan hanya 2.318 orang guru yang bisa naik ke golongan IV/B. Permasalahan ini dapat dipecahkan dengan mengikuti bimbingan penulisan PTK secara mandiri, sebab kalau mengharapkan bantuan bimbingan dari depdiknas (PMPTK) jelas tidak sebanding antara kuota dengan jumlah guru sebagaimana disampaikan oleh Ir.Indra jadi dalam acara pengukuhan klub guru DKI Jakarta baru-baru ini. Sehubungan dengan permasalahan tersebut bagi bapak/ibi guru yang mengalamai kesulitan dalam membuat laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat Supardi,S.Pd,M.Pd yang kini telah menduduki pangkat Pembina Utama Muda Gol.IV/c (Guru Utama Muda Gol.IV/c) pada Nomor: 081383426664 atau 02136761964. Terima kasih

http://www.ziddu.com/download/4929967/SemilokaPembuatanBlogdanSAGUSALAFAIRJakarta.doc.html

Model pelatihan

KEBERADAAN DAN KEPENTINGAN PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN UNTUK PEMBINAAN
PROFESI GURU


Oleh

Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha



Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keberadaan dan kepentingan pengembangan model-model pelatihan untuk pembinaan profesi guru, yaitu mdel pelatihan pembelajaran dan asesmen inovatif, model pelatihan lesson study, dan model pelatihan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini menggunakan desain survey di seluruh kabupaten/kota dengan sampel 18 sekolah dan 54 guru SMP, dan 18 sekolah dan 54 guru SMA di Bali. Data penelitian yang diperlukan adalah keberadaan dan pentingnya model-model pelatihan yang dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara. Data pengalaman kepala sekolah melakukan pembinaan profesi guru yang dikumpulkan dengan wawancara dan data pengalaman guru mengikuti pelatihan yang dikumpulkan dengan angket. Data pengetahuan konseptual guru tentang pembelajaran dan asesmen inovatif, lesson study, dan penelitian tindakan kelas dikumpulkan dengan tes dan data perolehan belajar siswa dikumpulkan dengan tes. Semua data penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukannya model- model pelatihan yang standar. Rencana dan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang dibuat guru belum mencerminkan penerapan pembelajaran dan
asesmen inovatif, lesson study, dan penelitian tindakan kelas. Pengetahuan konseptual guru tentang pembelajaran dan asesmen inovatif, lesson study, dan penelitian tindakan kelas berkategori kurang. Perolehan belajar siswa berkategori kurang. Kepala sekolah sangat mendukung pengembangan model pelatihan untuk pembinaan profesi guru.

Kata-kata kunci: model pelatihan, pembinaan, profesi guru

Dapat anda unduh di sini
http://www.ziddu.com/download/4929896/MODEL_PELATIHAN.doc.html

Kerangka Program KTI Online


Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara antara lain: melalui peningkatan kualifikasi akademik guru, pendidikan dan pelatihan, atau memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan non pembelajaran secara profesional lewat penelitian yang bersifat perbaikan pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas guru melalui kegiatan berupa penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif sebagai berikut. Pertama, meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang nyata secara ilmiah. Kedua, penyelesaian masalah pendidikan dan pembelajaran melalui sebuah investigasi terkendali akan dapat meningkatkan kualitas isi, proses, dan hasil belajar. ketiga, peningkatan kedua kemampuan tadi akan bermuara pada peningkatan profesionalisme guru.

Salah satu dari 5 (lima) macam kegiatan pengembangan profesi guru adalah berupa penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Ada 7 (tujuh) macam Di antara 7 (tujuh) macam KTI yang perlu dikembangkan dan langsung memperbaiki mutu pembelajaran adalah penulisan hasil penelitian yang menyangkut perbaikan pembelajaran. Ke 7 (tujuh) macam KTI yaitu :

1. Karya tulis ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey dan atau evaluasi;

2. Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah;

3. Tulisan ilmiah populer;

4. Prasaran berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan pada pertemuan ilmiah;

5. Buku pelajaran atau modul;

6. Diktat pelajaran

7. Karya penerjemah.

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah banyaknya guru yang kesulitan dalam mengumpulkan 12 (dua belas) angka kredit dari kegiatan pengembangan profesi. Banyak guru yang telah mengajukan usulan berupa penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Untuk itulah diupayakan adanya program pembimbingan untuk jenis penelitian yang berkaitan langsung dengan kegiatan pembelajaran di kelas oleh para pakar secara online melalui pemberian block grant kepada guru.

Melalui jenis penelitian ini masalah-masalah pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pembelajaran yang inovatif dapat diaktualisasikan secara sistematis dan efektif. Upaya penelitian tersebut diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan guru. Penelitian yang berkait dengan upaya perbaikan pembelajaran menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kreatif dan inovatif.

Agar dicapai hasil penelitian yang sesuai dengan kualitas karya tulis ilmiah maka dalam melakukannya guru dibimbing secara online oleh seorang pembimbing yang dikoordinasikan oleh LPMP. Dengan kemampuan melaksanakan kegiatan penulisan karya tulis ilmiah jenis ini akan diperoleh dampak ganda, yaitu memperbaiki proses pembelajaran dan sekaligus dapat meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.

Dengan adanya bimbingan secara online maka LPMP harus memiliki sumber daya pada bidang ICT (komputer dan internet) dan kemampuan dalam mengelola program bimbingan. Dengan dukungan ICT dan kemampuan pengelolaan maka akan memudahkan pelaksanaan kegiatan, memperluas jangkauan serta dapat memotivasi guru untuk senantiasa mengadakan inovasi pembelajaran yang berbasis pada research yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan dan mutu pembelajaran sebagai proses yang menuntut interaksi langsung antara kebutuhan peserta didik dengan penuntasan hasil belajar secara komprehensif. Yang perlu diingat adalah bahwa pemberian block grant harus mengacu pada prinsip-prinsip pemberian block grant seperti transparansi, akuntabilitas, fleksibel dan demokratisasi.

2. Pola kegiatan

Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah dengan memberikan dana block grant kepada guru untuk digunakan melakukan penelitian di kelasnya. Pemberian block grant dilakukan melalui seleksi proposal/judul/persyaratan lain yang ditentukan. Setelah memperoleh dana block grant, selanjutnya guru dapat melakukan penelitian/penulisan laporan penelitian. Dalam melakukan penelitian tersebut guru dibimbing oleh seorang pembimbing, yang melakukan pembimbingan secara online melalui internet. Jadi guru harus mengakses website yang telah disediakan oleh Tim Pengelola website.

Pembimbingan dapat dilakukan sebelum guru melakukan penelitian ataupun setelah melakukan penelitian dan akan menulis laporan hasil penelitian. Pada tahap awal guru mengirimkan proposal kepada pembimbing melalui korespondensi elektronik pada website yang telah disediakan, setelah disetujui guru dapat melanjutkan menulis Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV dan Bab V melalui bimbingan secara online dengan menggunakan website pembimbingan. Pada akhir bimbingan guru mengirimkan Laporan Hasil Penelitian kepada Tim Pengelola Website untuk diarsipkan sebagai bukti keterlaksanaan kegiatan. Adapun alamat yang bisa dihubungi adalah:

Direkorat Profesi Pendidik

Ditjen PMPTK - Depdiknas

Komplek Depdiknas, Gedung D Lantai 14

Jl. Pintu I, Senayan, Jakarta KP 10270

Telp. 021 - 57974125, 57974127, 5794126

Fax. 021 - 57974126

Senin, 04 Mei 2009

MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS VIII.2 SMP NEGERI 101 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007-2008 SEMESTER I

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

SISWA KELAS VIII.2 SMP NEGERI 101 JAKARTA

(TAHUN PELAJARAN 2007-2008 SEMESTER I)




Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk kenaikan pangkat jabatan guru dari IV/b ke IV/c

Oleh
SUPARDI, S.Pd, M.Pd
NIP. 131 576 799






DINAS PENDIDIKAN DASAR DKI JAKARTA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 101 JAKARTA
Jl. Palmerah Utara II No. 210C Telp (021) 5481510 Jakarta 15480

2007

BAB I


PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin kelihatan nyata. Dengan kesadaran ini, pemerintah dan masyarakat, terutama pendidik, mencurahkan sebagian besar tenaga, dana dan pikirannya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Misalnya melakukan perubahan kurikulum, perubahan teknik pengajaran dan penyelenggaraan kerja sama antara lembaga pendidikan dengan lembaga lain (Kadir dan Ma’sum, 1982, 1991-1992). Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya antara lain, (1) meningkatkan kualitas guru SMP/MTs dari lulusan D1 dan D2 menjadi lulusan S1 penyetaraan, (2) mendirikan sekolah-sekolah baru, dan (3) meningkatkan perbaikan proses belajar mengajar dan hasil belajar melalui pelatihan-pelatihan guru SD, SMP, dan SMA.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), materi Teorema Pythagoras yang berbunyi: “Kuadrat ukuran hipotenusa dari segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat ukuran sisi siku-sikunya”, merupakan materi yang diberikan pada siswa SMP/MTs kelas VIII. Seorang guru harus dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswanya sehingga mudah dipahami.

Mengajarkan matematika merupakan suatu kegiatan pembelajaran sedemikian sehingga siswa belajar untuk mendapatkan kemampuan dan ketrampilan tentang matematika. Kemampuan dan ketrampilan tersebut ditandai dengan adanya interaksi yang positif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan (Hudaya, 1988:122). Namun dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya yang berhubungan dengan matematika, ternyata masih banyak mengalami hambatan-hambatan baik yang dialami siswa maupun guru. Salah satu hambatan yang terjadi adalah kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika, hal ini disebabkan kurang tepat pendekatan yang dipergunakan serta kurang optimal dalam pengunaan alat peraga yang ada.

Seperti yang terjadi di SMP Negeri 101 Jakarta, didapatkan latar belakang siswa sangat bervariasi dalam motivasi belajarnya. Mereka rata-rata dalam belajar tanpa dibekali keinginan untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Mereka kurang dalam mengkaitkan materi satu dengan yang lain. Sehingga yang terjadi mereka kebingungan dan selanjutnya dalam menyelesiakan soal-soal tidak sesuai dengan prosedur.

Salah satu permasalahan yang terjadi di kelas VIII.2 SMP Negeri 101 Jakarta adalah materi Teorema Pythagoras, bentuk-bentuk kesalahan konsep yang sering terjadi seperti:

1. Diketahui sebuah segitiga siku-siku di B panjang AB = 3 cm, BC = 4.

Hitung panjang AC.

Jawaban yang sering dilakukan oleh siswa:

AC = AB2 + AC2 = 32 + 42 = 9 + 16 = 25

2. Perhatikan gambar berikut:

a. R b. N

5

15

P 13 Q M 17 K

Pergunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan panjang sisi pada setiap segitiga siku-siku.

Jawaban siswa:

a. p2 = 132 + 52 = 169 + 25 = 194 b. k2 = 172 + 152 = 189 + 225 = 414

3. Sebuah tongkat yang panjangnya 26 cm disandarkan pada tembok. Jika jarak ujung tongkat pada tanah ke tembok adalah 10 cm, tentukan jarak ujung tongkat pada tembok ke tanah.

Jawaban siswa:

Panjang tongkat = r, jarak ujung tongkat atas ke tanah = a, dan jarak ujung tongkat bawah ke tembok = b maka: r = a2 + b2 = 262 + 102 = 656 + 100 = 756.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas peneliti ingin memecahkan permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul: “Meningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Kontekstual (kubus dan balok) Pada Materi Teorema Pythagoras Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 101 Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

  1. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa ?
  2. Kendala apa saja yang ditemui dalam pembelajaran matematika ?
  3. Apakah penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?
  4. Apakah penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi Teorema Pythagoras?
  5. Bagaimanakah penggunaan sarana dan prasaran yang optimal dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa ?
  6. Seberapa besar kontribusi Pendekatan Kontekstual dalam pencapaian hasil belajar siswa?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan masalah:

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah hanya pada penerapan pembelajaran kontekstual dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa pada materi Teorema Pythagoras yang dapat dilakukan dengan pendekatan Kotekstual. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar seperti faktor sosial, ekonomi, lingkungan dan faktor eksternal lainnya tidak dibahas atau diabaikan.

2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan pada pendahuluan, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

“Apakahpendekatan kontekstual pada materi Teorema Pythagoras dapat meningkatkan hasil belajar matematika?”

D. Tujuan Penelitian

Mengacu pendapat yang dikemukakan oleh Suhardjono, (2006:61) penelitian tindakan kelas ini mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum tujuan penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.

3. Meningkatkan sikap profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.

4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap positif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, yaitu :

1. Ingin mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pada kelas VIII.2 SMP Negeri 101 Jakarta melalui pendekatan kontekstual.

2. Memperbaiki kualitas pembelajaran.

3. Mengetahui salah satu cara engajarkan materi Teorema Pythagoras di SMP.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi siswa:

a. Membiasakan siswa untuk berani mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain.

b. Mengubah pola pikir siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, menakutkan, dan membosankan menjadi pelajaran menyenangkan dan mengasyikan serta berguna dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi guru:

a. Untuk memperbaiki metode pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Membiasakan guru untuk berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran.

c. Meningkatkan profesionalsme guru melalui penelitian yang dilakukan.

3. Bagi sekolah:

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Untuk meningkatkan kinerja guru.

c. Untuk menigkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

d. Untuk meningkatkan kualitas mutu lulusan sekolah.

File secara lengkap dapat menghubungi : 081383426664/02136761964

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI PPtLSV DI KELAS VII.1 SMP NEGERI 101 JAKARTA

Laporan Penelitian Tindakan Kelas

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI METODE PROBLEM-BASED LEARNING

PADA MATERI PPtLSV

DI KELAS VII.1 SMP NEGERI 101 JAKARTA


(TAHUN PELAJARAN 2006 / 2007 SEMESTER I)



Oleh:
SUPARDI.S.Pd
NIP. 131 576 799

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat

Kenaikan Pangkat Dari IV/b ke IV/c



PEMERINTAH DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA
DINAS PENDIDIKAN DASAR KATAMADYA JAKARTA BARAT
SMP NEGERI 101 JAKARTA
Jl. Palmerah Utara II No.210C Telp (021) 5481510 Jakarta 11480

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep matematika sehingga mengakibatkan kesalahan–kesalahan dalam mengerjakan soal sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa (skor) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah, padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas (pemantapan) secara kontinu berupa latihan soal. Kondisi riil dalam pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang menggunakan sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jadi pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik.

Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran. Juga mengupayakan siswa untuk memiliki hubungan yang erat dengan guru, dengan teman– temannya dan juga dengan lingkungan sekitarnya.

Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran (Semiawan, 1985). Banyaknya teori dan hasil penelitian para ahli pendidikan yang menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Atas dasar ini munculah istilah Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ). Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengakomodasi CBSA adalah pembelajaran dengan pemberian tugas secara berkelompok.
Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan dari pemikiran nilai–nilai demokrasi, belajar efektif perilaku kerja sama dan menghargai keanekaragaman dimasyarakat. Dalam pembelajaran guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang memiliki ciri proses demokrasi dan proses ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan jawaban terhadap praktek pembelajaran kompetensi serta merespon perkembangan dinamika sosial masyarakat. Selain itu pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran kelompok. Dengan demikian, metode pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik yang khas yaitu menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000:2 dalam Nurhadi dkk,2004), “ Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Learning (Pembelajaran Proyek), Eksperience-Based Education (Pendidikan Berdasarkan Pengalaman), Authentic learning (Pembelajaran Autentik), dan Anchored instruction (Pembelajaran berakar pada dunia nyata)”. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukankan penyelidikan secara inkuiri.

Terkait dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), pembelajaran dengan pemberian tugas secara berkelompok menjadi salah satu pendekatan yang sebaiknya di kuasai oleh guru baik secara teoritis maupun praktis. Berangkat dari pemikiran tersebut Peneliti memilih judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Metoda Problem-Based Learning Pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Kelas VII.1 SMP Negeri 101 Jakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

  1. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa rendah?
  2. Kendala apa saja yang ditemui dalam pembelajaran matematika?
  3. Apakah penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
  4. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif type Problem-Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
  5. Bagaimanakah penggunaan sarana dan prasaran yang optimal dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
  6. Seberapa besar pengaruh Pendekatan Kooperatif type Problem-Based Learning dalam pencapaian hasil belajar siswa?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran matematika dengan metode Problem-Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar matematika dilaksanakan di kelas VII.1 SMP Negeri 101 Jakarta semester ganjil tahun pelajaran 2006 / 2007

2. Materi yang diajarkan adalah persamaan dan pertidaksamaan linear satu vatiabel.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal–soal latihan pada materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di kelas VII.1 SMP Negeri 101 Jakarta?

2. Apakah dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di kelas VII.1 SMP Negeri 101 Jakarta?

3. Bagaimanakah dampak metode Problem-Based Learning dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di kelas VII.1 SMP Negeri 101 Jakarta?

D. Tujuan Penelitian

Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan secara umum adalah untuk memperbaiki pembelajaran matematika di SMP, sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal–soal pada materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di kelas VII.1 SMP Negeri 101 Jakarta Tahun Ajaran 2006–2007 semester ganjil yang diajarkan dengan metode Problem-Based Learning.

2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di kelas VII.1 SMP Negeri 101 Jakarta Tahun Ajaran 2006 - 2007 yang diajarkan dengan metode Problem-Based Learning.

3. Untuk mengetahui dampak metode Problem-Based Learning dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII.1 SMP Negeri 101 Jakarta Tahun Ajaran 2006 – 2007 pada pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.

E. Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan

mamfaat bagi :

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan minat siswa dalam memahami materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Stu Variabel.

b. Memiliki rasa setia kawan, kerjasama dan tanggung jawab.

c. Memotivasi siswa untuk lebih mantap dalam belajar matematika terutama pada

Pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.

d. Siswa mengerti akan pentingnya belajar berkelompok.

e. Siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok untuk menyampaikan pendapat atau mendiskusikan setiap soal pada materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.

f. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah melalui pemberian tugas secara berkelompok.


2. Bagi Guru

a. Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme guru.

b. Memperbaiki kinerja guru.

c. Menumbuhkan wawasan berfikir ilmiah.

d. Meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Bagi Sekolah.

a. Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.

b. Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi siswa dan kinerja guru.